Mata indah ini mampu bertahan selama 18 tahun kurang lebih. Beginilah rasanya, menjadi seorang manusia dan sekaligus hamba Tuhan yang mempunyai konsekuensi tinggi untuk tunduk dan mengabdikan diri. Namun bersama-Nya dan dalam hakikat-Nya tidak ada yang dirugikan.
Sudah terlalu banyak sesuatu yang kulihat, dunia realita, dunia maya, dunia ghaib, dunia sains-humaniora, seks, keagamaan. Begitu juga dunia abstrak, 2D, 3D, illusi, halusinasi, fatamorgana, de javu, sampai eureup-eureup pernah kulihat, kudengar, dan kualami sendiri.
Terlalu dunia ini penuh dengan kebisingan yang berkembang dari permulaan zaman hingga sampai pada saat ini. Jika aku ingin, meminta kepada Illahi Rabbi, melihat kehidupan secara mundur sampai pada satu titik dimana Ia pertama kali membuat satu perwujudan makhluk yang Ia cipatakan. Dari pembuatan bentuk dari berbagai bahan ( tanah, air, api, cahaya ), sampai sesuatu yang dinamakan Ruuh. Bahkan dalam segi biologis sesuatu yang bernama rahim itu mampu mengembangkan kloning-kloning dari manusia ciptaan-Nya yang pertama. Dari segi metafisika organ rahim ini adalah salah satu alam-alam yang disebutkan dalam perjalanan manusia kembali ke suci dalam dekapan Tuhan yang Maha Kuasa dengan elusan kasih sayang dan manjaan yang tiada banding dibandingkan dengan teori pemanjaan bumi yang penuh dengan tipu daya. terlalu banyak utopia, dan disibukan dengan sejumlah permasalahan-permasalahan politik yang tak pernah usai yang selalu ada lagi, ada lagi.
Sedang dalam perjalanan ke kepala dua, mengapa Aku masih malas-malas saja. Tuhan yang tau, Tuhan yang menentukan, tapi akulah yang salah. Aku fikir bila sudah tau bahwa aku yang salah, aku akan membenahi semua itu. tapi apa daya malas memang akar permasalahan yang mengakar pada pundi-pundi otak sampai ke akar-akarnya.
Jika kita berharap. Harapan itulah yang akan mendinginkan perasaan. Dimana suatu permasalahan datang dan terbit dari area mana pun. Tapi tak bisa ku elakkan bahwa perasaan bersumber dari sketsa otak yang datang secara spontan dalam kecepatan yang hampir persis dengan 0 . Setalah semua itu berjalan, organ yang paling sensitif ( hati ) ini bereaksi. Dan tak ada yan bisa mengalahkan jeritan dan isakan suara tangis dan air yang jatuh dari balik kelopak mata yang sungguh indah adanya tercipta. Namun sesuatu yang bernama emosi tidak selamanya selalu diatas ketinggian darah. Namun emosi ini adalah penetralisir segala risaunya hati. Jika kita bisa menggerakan emosi secara sabar dan professional. Namun bagaimana menggerakan organ tubuh yang tidak terlihat mata ( emosi ) ini ? Aku pernah bernafas sedalam-dalamnya namun tidak terlalu lebay ( dalam teuing ) dan hasilnya brawrr !!! semuanya kembali ke titik nol.
"ti + t2 = t3"
permasalahan demi permasalahan berawal dari Tuhan dan akan berujung pada Tuhan pula. Allohu Rabbi, Robbul 'Alamin. Subhanalloh !
Begitulah golongan kami berfikir. Universality of Universalist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar